15 Mei 2009

AYU...

Promosi jabatan …! siapa yang ngak mau. Setiap orang yang bekerja, pasti mengharapkan itu. Tapi apa artinya sekarang, karena aku harus jaim (jaga image), aku harus kehilangan anak ketigaku. Dia begitu lucu, baik, ramah, walaupun agak nakal, tapi itu wajar. Oh ya, aku belum perkenalkan diri. Sebut saja namaku Dira. Aku bekerja di sebuah Bank Pemerintah.
.
Walaupun aku sudah bekerja kurang lebih 5 tahun, tapi statusku masih karyawan kontrak. Aku bekerja di bagian umum, dan untuk mendampingi atasanku, aku sering bepergian ke luar kota. Atasanku seorang wanita yang sangat cekatan dan cerdas, tapi dia belum menikah walaupun usianya hampir senja.
.
Hari Rabu, tanggal 3 Januari 2008, anak ketigaku sebut saja namanya Ayu umurnya baru 4 tahun. Badanya panas tinggi dengan suhu 39-40 derajat Celsius. Malamnya aku bawa ke RS dekat rumahku. Setelah diberi obat, panasnya belum juga turun. Tapi aku harus berangkat kerja, karena aku harus menjaga konditeku di mata atasan, apalagi dia sudah bilang, bahwa aku akan dipromosikan sebagai karyawan tetap.
.
Masih terbayang dimataku, pagi itu masih dengan badan panas Ayu menangis, ingin ditemani olehku, dia pegang tanganku erat sekali, agar aku tidak berangkat kerja. Ku gendong dia, kemudian kubaringkan ditempat tidur, kutemani sampai tidur. Setelah tidur baru ku tinggal pergi ke kantor. Siang itu aku menanyakan keadaan Ayu lewat telpon, dia masih panas, walaupun sudah diberi obat, panasnya belum juga turun. Keadaan seperti itu berlangsung sampai 2 hari.
.
Kamis malam tanpa perintah dokter saya bawa dia cek darah di laboratorium dekat rumah saya, takut dia kena demam berdarah. Yang saya periksa hanya pemeriksaan RUTIN saja, dan hasilnya trombosit masih dalam keadaan bagus (diatas 200). Saya agak tenang, apalagi paginya panas anak saya sudah turun. Jadi saya agak tenang untuk pergi bekerja. Sekilas kuusap wajahnya yang sedang tertidur pulas, kupandangi dia, dalam hati kecilku berkata, kenapa wajah anakku agak kebiruan, walaupun panasnya sudah jauh berkurang. Kutepis prasangka yang bukan-bukan, kukuatkan hatiku untuk terus berjalan.
.
Siangnya aku dapat telpon dari rumah, Ayu pingsan, mimisan dan sedang menuju RS terdekat. Karena ada rapat yang tidak bisa aku tinggalkan, aku baru bisa pulang setelah jam kantor, dan aku langsung menuju RS. Disana ku lihat Ayu sudah tidak sadar dan banyak selang yang ada ditubuhnya, ku pegangi tangannya, kuusap wajahnya, tapi dia tidak bergerak sedikitpun.
.
Jam 8 malam Ayu batuk, tapi yang keluar darah segar.... dia terbangun dari pingsannya, matanya memandangku dengan tajam. Seakan berkata "kenapa mama baru ku lihat", "kemana saja mama waktu aku sakit?". Tapi keadaan itu hanya sebentar, kemudian kulihat senyumnya, dia ulurkan tangannya... kupeluk dia, kuusap wajahnya dan diapun memelukku dengan erat. Kami berpelukan untuk beberapa saat, sebelum dia tertidur lagi. Aku sama sekali tak mengira, bahwa itu pelukan Ayu yang terakhir.
.
Jam 5 sore Ayu sesak nafas, wajah dan bibirnya membiru. Ku berteriak memanggil dokter dan suster. Saat itu juga Ayu masuk ruang ICCU. Ditubuh yang mungil itu banyak sekali selang, hidungnya diberi oksigen, dan alat pantau jantung yang terus berbunyi. Saat itu kami dipanggil oleh dokter untuk diberi pernyataan atas hasil pemeriksaan yang sudah di dapat. Dari pemeriksaan secara menyeluruh ternyata Ayu menderita virus demam berdarah stadium 3. Dimana virus itu dalam waktu sekejap dapat merusak organ dalam tubuh. Dan Ayu sudah diserang paru-paru dan livernya. Kami hanya diminta untuk berserah diri. Karena hanya 25% kemungkinan untuk dapat melewati masa kritis, dilihat dari kerusakan paru dan liver yang sudah ditimbulkan. Tapi dokter masih terus berusaha, walaupun darah Ayu sudah mulai mengental, dan menolak semua cairan infus yang masuk. Dokter tetap berusaha. Aku sekeluarga hanya bisa melihat Ayu dari luar kaca.
.
Jam 6.20 sore, kami semua diperbolehkan masuk ke ruangan. Ku pegang kaki mungil yang sudah mulai dingin, tangaan kecil yang tadi pagi memelukku juga mulai dingin, tapi tiba-tiba jemari tanganku dipegang erat oleh Ayu, dia bangun dari tidur. Dia bilang dia haus, tapi kami tidak boleh memberinya air. Ingin rasanya aku lari dan memberikan segelas susu kesukaan Ayu. Tapi semua itu tidak bisa aku lakukan. Yang kulakukan hanya memeluknya, dan memberikan semangat dan harus tabah menjalani semua ini. Dia menatap kami bergantian sambil tersenyum. Aku tau dia akan pergi. Ku bisikan kata ditelinganya bahwa kami sudah iklas bila Ayu mau pergi. Tunggu mama di surga ya, dia tersenyum dan mengangguk.
.
Jam 6.45 sore Ayu pergi untuk selamanya. Meninggalkan kami dengan senyum tersungging. Meninggalkan kami dengan kenangan yang terindah, kenakalan yang lucu. Tidak ada lagi si nenek cerewet yang selalu menyambutku bila pulang kantor. Banyak yang aku pelajari dari kejadian ini, bahwa anak segalanya, karena promosi jabatan itu aku lalai memantau kondisi anakku. Bahkan pada saat anakku sakitpun masih sempat-sempatnya mengikuti rapat. Karena takut kondite kerjaku ku dikantor menurun. Untuk siapa sebenarnya semua ini, untuk anakkah, untuk keluargakah, atau untuk memenuhi egoku saja. Sekarang ayu sudah tenang bersamaNYA. Sisa susu kesukaan Ayu masih utuh belum terjamah. Aku belum berani untuk berkemas. Aku merasa Ayu masih ada di sini.
.
Selama 1 minggu setelah kepergian ayu, aku dan suami seakan terhanyut dalam kesedihan yang berkepanjangan, badanku sudah mulai kurus, aku dan suami jadi jarang bicara, kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai suatu malam, ayu datang lewat mimpi, dia cantik dengan baju putihnya, kami berada dalam sebuah taman dan anehnya suamiku juga ada bersama kami. Kami bertiga bercanda sangat bahagia sampai ayu berkata "Mama, papa sekarang ayu sudah sangat bahagia disini, mama dan papa jangan mikirin ayu terus, kan mama dan papa masih punya kakak, kasihan kakak dia ngak ada yang merhatiin lagi. Mama dan papa harus sehat terus biar bisa cari uang lagi. Mama dan papa kirim do'a aja buat ayu, karena itu berarti mama dan papa sayang ayu dan tidak akan melupakan ayu. Oh ya, sebentar lagi ayu mau punya adik loh.... da... da.... mama... papa..." aku terbangun mendengar teriakan suamiku memanggil nama ayu. Ternyata kami berdua mengalami mimpi yang sama. Kami menangis berpelukan dan berjanji untuk lebih memperhatikan kesehatan kami dan menjaga anak kami yang lain, yang seakan terabaikan karena kesedihan yang berlarut.
.
Sebulan sudah berlalu, kecerian sudah kembali ada dalam keluarga ini. Oh ya, saat ini saya sedang mengandung 7 minggu, jadi ini yang dikatakan ayu dalam mimpi kami,bahwa dia akan punya adik. Ayu adalah anak kami yang tak akan pernah aku lupakan, karena dia kami mempunyai semangat hidup, karena dia kami sadar, bahwa keluarga adalah segalanya. Bukan uang yang mereka butuhkan, bukan uang yang membuat kami bahagia, tapi kerukunan dan kasih sayang yang dapat mempererat tali batin diantara kami. Trima kasih ya Allah kau sudah memberikan kami karunia yang sangat berarti. Terima kasih Ayu... kami semua sayang kamu dan tidak akan melupakan kamu.
.
Semoga cerita ini dapat menambah kewaspadaan kita akan bahayanya demam berdarah (SQ).