15 Februari 2011

KONON, SEMUT PUN BISA MENANG LAWAN GAJAH

Mungkin ini hanya mirip sebuah lelucon. Belum pernah ada pertandingan antara semut melawan gajah. Namun demikian, kalau hal itu terjadi konon semutlah yang akan keluar sebagai juara. Masyarakat dahulu sangat mempercayainya. Itulah sebabnya dalam “suit”, jempol yang diibaratkan sebagai gajah akan dikalahkan oleh jari kelingking yang melambangkan semut.


Mengapa semut yang bertubuh mungil diunggulkan untuk menang melawan gajah yang bertubuh giant. Setidaknya ada beberapa alasan yang menguatkan keyakinan tersebut. Pertama, bentuk tubuh. Dalam pertarungan yang sesungguhnya, biasanya tubuh yang besar dan kuat akan memenangkan pertarungan. Tetapi tidak demikan dengan semut dan gajah. Perbedaan yang sangat ekstrim antara keduanya justru menguntungkan bagi semut. Dengan tubuhnya yang kecil, semut dengan mudah dapat mendapatkan tempat persembunyian. Dan gajahpun akan kesulitan menemukannya. Berbeda dengan si gajah, poisinya akan dengan mudah diketahui oleh si semut. Kedua, kerjasama. Semut dan gajah memiliki kebiasaan yang hampir sama. Hidup berkoloni dan saling bekerjasama satu sama lain. Konon gajah memiliki volume otak yang besar. Bahkan bisa dibilang terbesar dispesiesnya. Itulah sebabnya gajah termasuk binatang yang cerdas. Namun, dalam hal kerjasama konon semutlah yang lebih unggul. Dengan jumlah koloni yang mencapai ribuan atau bahkan jutaan, mereka dapat berkoordinasi dan bekerjasama dengan sempurna guna mewujudkan goal yang telah disepakati bersama. Itulah sebabnya, masyarakat terdahulu meyakini kalau terjadi pertarungan antara keduanya, maka koloni semutlah pemenangnya.

Pertarungan antara semut dan gajah memang belum pernah terjadi dan bahkan mungkin tak akan pernah terjadi. Namun, kita bisa mengambil hikmah dari kisah pertarungan keduanya. Kekuatan fisik bukanlah kunci kemenangan. Tidak selalu yang lebih besar dan lebih kuat muncul sebagai pemenang. Strategi, kerjasama dan saling membantu sesama itu merupakan kunci utama keberhasilan. Maka, janganlah berlaku sombong, karena sesungguhnya manusia tak bisa hidup sendiri (SQ).